A. TUGAS 1
PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI
“Mengapa Kita Berkomunikasi &Fungsi-fungsi Komunikasi”
Banyak sekali pertanyaan mengapa kita berkomunikasi, nah dari pertanyaan tersebut banyak pakar dan ilmuan menganilisisnya. Apabila dilihat dari perspektif agama, secara gampang kita menjawabnya bahwa Tuhanlah yang mengajari kita berkomunikasi, dengan akal dan kemampuan yang di anugerahkan kepada kita. Dalam Al-Qur’an dijelaskan, : “Tuhan yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manuasia, yang mengajarinya pandau berbicara.” (Ar-Rahman: 1-4).
Alasan berkomunikasi bila dilihat dari yang telah diamati oleh para pakar dan ahli, mereka telah mengungkapkan fungsi yang berbeda-beda, dan terkadang ada kesamaan yang memang tujuannya dan maksudnya adalah sama. Berikut beberapa pendapat para pakar tentang alasan berkomunikasi ;
1. Thomas M. Scheidel
Kita berkomunikasi untuk menyatakan dan mendukung identitas-diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain agar sesuai dengan yang kita inginkan. Namun tujuan dasarnya adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita.
2. Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson
Mengemukakan bahwa komunikasi itu ada 2 fungsi, fungsi pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Fungsi yang kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan kebedaraan suatu masyarakat.
Selanjutnya kita akan membahas empat fungsi koumunikasi berdasarkan kerangka yang telah dikemukakan oleh William I. Gorden.
A. FUNGSI KOMUNIKASI SOSIAL
Fungsi ini mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, utnuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuan mengakui bahwa komunikasi dan budaya itu memiliki hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari mata uang. Seperti kata Edward T. Hall bahwa “budaya adalah komunikasi” dan “komunikasi adalah budaya”. Alfred Korzybski menyatakan bahwa kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan mereka “pengikat waktu” time-blinder, yang merujuk pada kemampuan manusia dalam mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya.
Dalam komunikasi sosial ada pula pembentukan konsep-diri. Pembentukan konsep-diri hampir seperti modeling. Dan hal ini berada pada tahapan balita yang mulai tumbuh dan mampu meniru perilaku si modelnya. Dan akan meyakini apa yang dikatakan si modelnya. Seperti seorang akan sebenarnya penurut tetapi karena orang tuanya selalu memarahinya hanya karena dia sekali saja tidak menurut, dan mengatakan bahwa anak tersebut nakal dan ngeyel maka secara tidak sadar anak tersebut meresa bahwa dirinya ngeyel yang akan berakibat pada tingkah lakunya hingga dewasa.
Hal tersebutlah yang sering disebut “nubuat yang dipenuhi sendiri” (self-fulfilling prophecy), yakni ramalan yang jadi kenyataan karena secara tidak sadar atau sadar, kita atau anak tersebut percaya bahwa ramalan itu akan menjadi kenyataan. Apa yang mereka ucapakan adalah benar. Dalam proses menuju dewasa kita selalu menerima dari orang-orang yang ada disekeliling kita, tentang siapa diri kita dan bagaimana kita menurut padangan mereka yang akan membentuk kita menjadi apa yang mereka sebutkan. Karena sejatinya anak itu seperti tanah liat yang mudah sekali dibentuk dan dirubah-rubah.
Setelah konsep-diri berlanjut pada pernyataan eksistensi-diri. Berkomunikasi untuk menunjukan seberapa eksis dia dan sering disebut dengan Aktualisasi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi-diri akan terealisasikan dalam sebuah rapat, sidang atau dalam kelas yangn sedang berdiskusi. Dan yang terkahir adalah untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Melalui komunikasi dengan orang lain maka kebutuhan emosional kita akan tercukupi. Saat kita berada di kelompok orang yang memiliki banyak kasih sayang, maka kita akan cenderung lemah lembu, perhatian baik dan tidak pemarah. Tetapi jika kita berada dalam lingkungan yang sebaliknya maka kita akan jadi lebih agresif, atau malah pendiam.
Kurangnya berkomunikasi dengan orang lain, menimbulkan kurangnya hubangan baik dengan orang lain dan akan membuat kita mejadi stress karena tidak bisa berbagi masalah yang sedang dihadapi. Sesuai dengan ucapan dari Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lalu, “silaturahmi memperpanjang usia(dan memperluas rezeki).
Contoh pengalaman pribadi:
Dari kecil saya selalu mudah mendapatkan teman, mereka yang lebih dahulu mendekat karena dasarnya saya itu lebih suka sendiri. Dan berbagai keluh kesah dengan diri sendiri, saat awal mengenal saya memang orangnya lebih suka diam tetapi setelah kenal saya bisa menyesuaikan, walau terkadang tidak bisa mengontrol perasaan. Pengalaman saya saat masuk SMP dan SMK di awal pengenalan sekolah saya tidak suka mendekati orang terlebih dahulu tetapi mereka semua mendekat. Saat SMK saya mengamati orang dan mulai berbicara jika orang tersebut mengajak bicara.
Sekali saya mengenal mereka maka saya akan mengaktualisasikan diri, dari yang awalnya pendiam hanya dalam waktu 1 minggu saya sudah bisa berteman dengan banyak orang dan dapat dipercaya untuk mencalonkan diri menjadi ketua osis. Saya didukung oleh guru dan kakak tingkat serta teman-teman saya. Karena saat itu saya masih kelas 1 maka saya menjadi sekretaris I dan sudah bisa menjadi siswa yang dipercaya dan diandalakan semua guru.
Disini saya sadar, kalau lingkungan saya sejak kecil terutama disekolah saya selalu ditunjuk menjadi leader dan dianggap lebih mampu dari teman lain. Karena model yang saya tiru membawa saya menjadi seorang yang aktif, dan mencintai organisasi serta memiliki keinganan yang kuat. Dan dalam bersosialisasi saya dengan cepat berlajar.
B. FUNGSI KOMUNIKASI EKSPRESIF
Komunikasi ini menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita melalui peran-peran nonverbal.
Contoh pengalaman pribadi :
Saat bertengkar dengan sahabat saya, saya diam dan tak mau menyapanya. Dia merasa bersalah karena telah berbohong dan kebohongan itu ketahuan oleh saya. Maka pada malam harinya dia datang kerumah saya dengan membawa boneka, sambil mengatakan bahwa dia menyesali apa yang telah dia perbuat. Boneka itu sebagai tanda permohonan maaf darinya karena telah melukai perasaan saya. Dia tidak bisa berkata apa – apa saat memberikan boneka tersebut. Tapi setelah saya menerima boneka itu dia meminta maaf kepada saya.
C. FUNGSI KOMUNIKASI RITUAL
Komunikasi ritual ini dilakukan secara kolektif, dan juga persifat ekspresif (merasakan perasaan terdalam seseorang).
Contoh pengalaman pribadi :
Kemarin saat PKD dalam organisasi PMII tepatnya tanggal 15-19 September 2016. Kami akan di baikat sebagai ritual pengesahan bahwasannya kami sudah sah menjadi anggota dalam organisasi tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan akhir acara dan pada malam hari sekita jam 23.00 – 03.00 di dengan beberapa susunan acara, dan akhirnya dikumpulkan dilapangan dan di bacakan sebuah sumpah di akhiriri dengan tanda tangan dan mencium bendera merah putih serta bendera PMII.
D. FUNGSI KOMUNIKASI INSTRUMENTAL
Komunikasi instrumental adalah sebuah komunikasi yang bersifat membujuk (persuasif) dan berfungsi memberitahu atau menerangkan (to inform).
Contoh pengalaman pribadi :
Saya seringkali menjadi MC semenjak smp sampai sekarang juga saat saya kuliah, dan terakhir kali kemarin waktu kegiatan PMII saya menjadi MC pada malam hari tanggal 19 September jam 19.30 di pondok pesantren Al – Qodir. Saat menjadi MC itu berarti menyamoaikan susunan acara supaya para audience memahami acara pada malam itu. Dan mereka akan melaksanakan apa yang kami sampaikan seperti saat menyanyikan lagu Indonesia Raya, hadirin di mohon berdiri, dan mereka pun mengikutinya dengan berdiri dan bernyanyi.
Kesimpulan;
Pada dasarnya ke-4 fungsi tersebut bersinambungan dan saling tumang tindih dalam melakukannya. Karena saat kita melakukan kegiatan komunikasi yang berfungsi sebagai komunikasi sosial kita juga telah melakukan komunikasi ekspresif, ketika kita tidak mau melakukan yang menjadi kebiasaan dalam keluarga karena tidak nyamanan kita, maka seringkali kita melakukan sesuatu untuk menyampaikan perasaan kita. Dan mungkin juga kita melakukan fungsi sosial instrumental ataupun ritul dengan berbarengan. Karena MC ataupun kegiatan seperti tiup lilin saat ulang tahun hampir sama karena kita juga menyampaikan pesan kita melalui sebuah tindakan dan ucapan.
B. TUGAS 2
KERAGAMAN DAN KONTROVERSI
DEFINISI KOMUNIKASI
Berbagai macam asumsi yang diutarakan setiap orang menimbulkan keragaman dan kontroversi. Bahwasannya komunikasi itu tidak dapat diartikan sebagai sat pengertian yang mutlak. Kita tidak dapat merujuk ada salah satu pengertian. Ada 3 dimensi dalam komunikasi menurut Fank Dance dan Carl Larson. Dimensi yang pertama adalah dimensi tingkat observasi (level of observation), menyatukan seseorang dengan orang lain yang berada di suatu tempat berbeda. Mereka berkomunikasi melalui media elektronik.
Dimensi yang kedua adalah kesengajaan (intentionality), yaitu komunikasi yang mencakup penerimaan dan pengiriman pesan secara sengaja. Menurut Gerald R. Miller “situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.”. Dimensi yang ketiga adalah penilaian normatif. Menurut John B. Hoben “komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan.” Suatu komunikasi dilakukan melalui pikiran yang di berikan agar orang lain mengikuti dan memahaminya.
Littlejhon mempertahankan 3 pandangan komunikasi. Yang pertama, komunikasi harus terbatas pada pesan yang sengaja di kirim dan diterima seseorang. Yang kedua, harus mencakup semua perilaku yang bermakna, di sengaja ataupun tidak. Yang ketiga, harus mencakup pesan – pesan yang dikirim secara sengaja, namun sengaja yang sulit ditentukan. Pada dasarnya komunikasi dalam hal ini adalah sebuah komunikasi yang dilakukan 2 orang atau lebih, dengan sengaja ataupun tidak. Komunikasi ini juga dapat dilakukan untuk komunikasi antarbudaya. Menerapkan asas perbedaan bukan persamaan, aktif maupun pasif. Komunikasi menyangkut perilaku manusia, belum tentu menjadi sebuah komunikasi karena hanya dilakukan oleh diri sendiri.
Komunikasi dengan diri sendiri (intrapribadi). Termasuk dalam konsep diri, sesuai dengan pedapat Tubbs dan Moss ataupun definisi Pace dan Faules bahwa, “komunikasi akan terjadi apabila ada orang lain yang mendengar dan merespon”. Komunikasi diri sendiri itu lebih ke konsep-diri dan intrapribadi. Tetapi komunikasi ini selalu dianggap bukan komunikasi karena pada dasarnya komunikasi itu bisa disebut komunikasi jika ada si pembicara dan pendengar, dan ada respon.
Kesimpulannya, bahwa komunikasi itu adalah hubungan timbal balik, antar orang yang berdekatan maupun yang berbeda tempat. Melalui media perantara ataupun dari mulut ke mulut, dan juga dari fisik. Secara sengaja maupun tidak sengaja, direspon secara aktif maupun pasif. Karena komunikasi tidak akan berlangsung apabila hanya dilakukan oleh diri sendiri.
C. TUGAS 3
National Communication Day
HMPS Ilmu Komunikasi mengadakan seminar yang bertema CRAZYVITY “kreatif tanpa batas”. Acara ini diadakan pada hari Rabu, 12 Oktober 2016 pada pukul 09.00 WIB dan bertempat di Interaktive Center. Acara ini dipandu Anisa dan Aryo mahasiswa Ikom angkatan 2014. Dengan tata acara dimulai dengan penampilan Biji Bungan Matahari membawakan 2 buah lagu. Dan selanjutnya berdoa mengawali acara.
Setelah itu sambutan-sambutan, sambutan yang pertama itu oleh Ketua HMPS Ilmu Komunikasi yaitu oleh Aditya Mahendrata. Yang mengatakan bahwa acara ini adalah kelanjutan acara yang ada waktu OPAK, COC (Class of Communication). COC bertujuan untuk memotivasi mahasiswa agar lebih memahami dan mengerti tentang Komunikasi.
Sambutan yang kedua oleh KaProdi Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Siantari Rihartono. Beliau menyampaikan bahwa mengikuti seminar itu bermanfaat, menambah nilai ijazah ada SKPI dan Transkip nilai. Mahasiswa Ilmu Komunikasi itu harus main stream dan ekstrim dalam berkreatif dan profesional sesuai jargon Ilmu Komunikasi “kreatif dan profesinonal”.
Dan sambutan yang terakhir oleh Wakil Dekan 3 yaitu oleh Ibu Sulis. Beliau menyampaikan bahwa spirit komunikasi , dan memahami bagaimana menyampaikan pendapat agar di dengar masyarakat. Maka kita harus ikut aktif dalam organisasi, even yang ada dan kegiatan ilmiah, workshop dan studi banding. Agar bisa lulus dengan editvalue/ nilai lebih.
Pemateri yang pertama Bapak Ramakertamukti beliau adalah dosen bagi mahasiswa semester 3 keatas. Bapak Rama membahas tentang Menghargai Diri. Beliau berkata bahwa Orang Kreatif itu adalah orang yang mencari dan membantu orang yang gagal. Create your own sunshine, orang kreatif tidak akan menyalahkan orang lain tentang kekurangan kita. Life ... Dance on the rain, kreatif bukan menunggu tapi, kita yang mencari dan membuktikan diri. If you always THINK, and never DO you’ll never accomplish.
Dan terakhir dalam materi Bapak Rama adalah Don’t Worry, jangan khawatir dan jangan takut, karena kita masih memiliki Allah. Kita pasti bisa berkreatif dan mengembangkan kreatifitas kita tersebut. Sekali gagal bukan berarti tidak bisa, tetapi itu adalah pelajaran, agar tidak gagal lagi. Kreatif itu adalah jangan menjadi follower, tetapi mengoptimalkan yang ada dalam diri kita dan nyaman dengan yang kita lakukan. Karena setiap orang itu pasti memiliki perbedaan dan kesamaan. Innal hayaata aqidatun wajihaadun “Bermimpilah! Maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.”
Setelah pemanteri yang pertama kegiatan ini diselingin Coffe Break, diisi oleh Biji Bunga Matahari. Setelah have fun kecil-kecilan langsung dilanjut pemateri yang kedua yaitu oleh Kak Krisnanda Satya alumni UIN Sunan Kalijaga Prodi Ilmu Komunikasi. Kak Krisnanda lebih menceritakan tentang pengalaman dia bagaimana menemukan cintanya dan lulus dengan tepat waktu. Dia mencapai batasannya selama 1 tahun, dan setiap 2 bulan mendapatkan pengalaman yang bisa di banggakan. Kak Krisnanda lulus tepat waktu, dia juga sudah memiliki banyak teman dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Pesan kak Krisnanda yaitu lampaui batas yang kamu buat.
D. TUGAS 4
Tugas 4 ini dari semua kelas A, B, dan C tidak ada yang memiliki dan tau apa tugas yang Bapak berikan, maka saya melengkapinya dengan merangkum materi BAB 2. HAKIKAT, DEFINISI, DAN KONTEKS KOMUNIKASI, pada bagian :
TIGA KONSEPTUALISASI KOMUNIKASI
Seperti yang dikemukakan John R. Wenburg dan William W. Wilmot serta Kenneth K. Sereno dan juga Edward M. Bodaken, bahwa setidaknya ada 3 kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yaitu ;
1. Komunikasi sebagai tindakan satu-arah
Michael Burgoon menyebut komunikasi satu arah ini dengan “definisi berorientasi-sumber”. Komunikasi satu arah ini seperti komunikasi yang persuasif, dan untuk membangkitkan respon dari orang lain, dan komunikasi ini dianggap komunikasi disengaja (intentional act) untuk memenuhi kebutuhan si komunikator, seperti menjelaskan suatu kepada orang lain dan mengajak seseorang melakukan sesuatu sesuai yang komunikator kehendaki.
Disini saya ambil satu definisi dari para ahli, yaitu oleh Gerald R. Miller “komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” Dari definisi tersebur dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi satu arah itu bersifat instrumental dan persuasif.
Dan satu definisi lagi yaitu dari Harold Laswell “(cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut), Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?”. Berdasarkan definisi oleh Laswell tersebut dapat diturunkan 5 unsur yang saling bergantung.
1. Sumber atau juga disebut pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara atau organisator.
2. Pesan, yaitu apa yang dikomunikasi oleh si sumber, sesuatu yang akan mereka sampaikan yang bertujuan mengajak, menjelaskan, dll.
3. Saluran atau media, yakni alat atau media yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya.
4. Penerima (receiver), penerima adalah orang yang akan menanggapi dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh sumber.
5. Unsur-unsur lain yang akan melengkapi, seperti umpan balik (feed back), gangguan/ kendala komunikasi (noise/barriers), dan konteks atau situasi komunikasi.
2. Komunikasi sebagai interaksi.
Interaksi dalam arti sempit adalah saling mempengaruhi (mutual influence). Komunikasi interaksi menyertakan komunikasi sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Komunikasi ini juga sedikit dipandang dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Adanya hubungan timbal balik (feed back), karena pesannya ada yang merespon dan juga perilaku si penerima menjadi berbeda.
3. Komunikasi sebagai transaksi
Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Hingga derajat tertentu para pelakunya sadar akan kehadiran orang lain di dekatnya dan bahwa komunikasi sedang berlangsung, meskipun pelaku tidak dapat mengontrol sepenuhnya bagaimana orang lain menafsirkan perilaku verbal dan nonverbalnya.
Dalam komunikasi ini, komunikasi akan dianggap berlangsung bila seseorang menafsirkan perilaku kita. Definisi ahli oleh Karl Erik Rosengren : “Komunikasi adalah interaksi subjektif purposif melalui bahasa manusia yang berartikulasi ganda berdasarkan simbol-simbol.”
Demikian rangkuman tentang 3 konseptual yang saya gunakan untuk mengisi Tugas 4.
E. TUGAS 5
PERTANYAAN :
1. Berikan alasan kenapa Komunikasi itu harus dipelajari.
Komunikasi perlu dipelajari karena, sebenarnya manusia itu tidak dapat berkomunikasi apabila tidak ada yang melatih dan tidak ada yang bisa dicontoh. Karena komunikasi itu 2 arah ada stimulus dan respon maka itu disebut komunikasi. Jika kita tidak memiliki teman, atau memiliki lingkungan yang tidak perduli satu sama lain, maka komunikasi kita juga tidak akan lancar. Seperti yang pernah terjadi seorang anak dipasung dan dijauhkan dari kehidupan sosial dari kecil. Maka dia tidak akan bisa berkomunikasi sepert selayaknya. Dia hanya akan berteriak-teriak tanpa ada yang mengerti apa maksud dia. Karena dasarnya komunikasi itu memang seperti belajar sejak kita kecil, belajar kepada orang tua.
Kadang kita juga tumbuh dilingkungan orang-orang yang tidak bisa berkomunikasi dengan benar, maka kenapa sekolah di jurusan komunikasi juga diperlukan. Walau kadang banyak orang berkata, untuk apa sekolah di komunikasi toh kita selalu berkomunikasi, hanya mubadir uang. Padahal mereka tidak tahu bahwa diri mereka juga perlu belajar tentang komunikasi. Berkomunikasi yang baik dan benar itu sanglah sulit, dapat memahami dan supaya tidak salah pemahaman dan pengucapatan itu juga sulit. Ilmu komunikasi mempelajari bagaimana kita berbicara di depan semua orang dan dapat menjadi pembicara yang bisa menarik dan tidak membuat orang tersebut salah paham. Pembelajaran dari awal tentang apa itu komunikasi, fungsi-fungsi komunikasi, prinsip, prespektif dan masih banyak lagi semua hal itu sangatlah diperlukan bagi mahasiswa bukan hanya di komunikasi, tapi keseluruhannya termasuk masyarakat. Dan sangat pending bagi mahasiswa yang ingin menjadi seorang public relation.
Mengingat beberapa hal yang disampaikan Bapak Fajar, bahwa jadilah pendengar yang baik maka kamu akan menjadi pembicara yang baik pula. Dan bersikap diamlah jika kamu tidak memahami permasalahan dan tidak bisa menghentikan masalah. Karena jika kamu berbicara maka keadaan akan menjadi lebih parah lagi. Dari diri saya pribadi, mempelajari ilmu komunikasi karena saya sendiri adalah orang yang suka berorganisasi, menjadi mahasiswa komunikasi adalah pilihan pertama, saya juga terkadang lebih suka diam dan kurang bisa mengerti orang lain. Setelah belajar komunikasi saya menjadi lebih paham, kenapa orang itu bersikap buruk atau baik terhadap saya, semuanya itu dikarenakan bahagimana kita berkomunikasi.
Menjadi seorang yang bener dan tidak ada kecacatan itu hal yang mustahil. Tetapi menjadi lebih baik setiap saat bukanlah hal yang salah. Semua pembelajaran sangatlah penting, maka jangan pernah merendahkan sebuah pendidikan. Ilmu komunikasi, bukan hal yang mudah kita pelajari, tetapi hal yang menarik untuk dipelajari.
F. TUGAS 6
Prinsip 12 :
Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Sebuah masalah bukan hanya dari tindakan tapi bisa juga dari komunikasi verbal. Yang mana terkadang tidak akan mudah mengatasinya hanya dengan komunikasi saja, suatu masalah yang timbul juga harus di selesaikan dengan suatu tindakan. Karena komunikasi itu bukanlah Panasea atau obat mujarab untuk mengatasi sebuah masalah. Jangan hanya memahami bahwa segala sesuatu bisa diselesaikan dengan komunikasi saja, karena konflik atau persoalan mungkin berkaitan dengan masalah struktural. Agar komunikasi menjadi efektif, kendala struktural ini juga harus diatasi. Mengatasinya pula harus dengan suatu tindakan dan komunikasi yang dapat diterima.
Contoh :
Dalam sebuah organisasi pasti kita menjumpai hal – hal seperti ini saat akan mengadakan even atau setelahnya. Saat mengadakan kegiatan pasti kita rapat dan memberikan berbagai macam usulan. Dan membuatnya berubah – ubah, karena belum ada hasil dari yang kita usulkan. Itulah kenapa usulan itu tidak akan efektif tanpa sebuah aksi, kita memiliki ide kita juga harus mengerjakannya. Kita ingin segera selesai, tapi kita hanya menjelaskannya saja.
Itulah kenapa Komunikasi bukan Panasea, karena suatu kegiatan atau suatu masalah tidak akan selesai jika hanya kita diskusikan, kita bahasa tapi kita tidak ada tindakan. Simpelnya seperti sampah, kita mengomel saat ada orang buang sampah sembarangan karena sampah dapat mengakibatkan bajir. Tapi kita hanya mengomel saja, tidak ada aksi mengambil sampah dan membuangnya di depan orang yang mebuang sampah sembarangan itu, agar dia sadar bahwa yang dilakukan salah.
Kesimpulannya, bahwa komunikasi bukanlah sebuah hal yang cukup untuk menyelesaikan masalah tanpa tindakan. Komunikasi tidak akan efektif tanpa tindakan, dan air tidak akan tertampung tanpa adanya wadah. Seperti itu pula komunikasi yang efektif, adanya ide dan tanggapan yang bagus, didampingi dengan perilaku atau tindakan. Karena terkadang orang hanya mau didengar tanpa ingin mendengarkan. Orang selalu ingin dianggap dialah yang paling benar, maka dia hanya akan memperburuk keadaan jika menyelesaikan masalah hanya dengan berbicara saja tanpa menunjukkan sebuah sikap.
G. TUGAS 7
H. TUGAS 8
Persepsi Film
Mengenai Film
1. Bran Magic-The Positive Illusion
Film ini menjelaskan tentang suatu hal yang berbau magic. Dalam tayangan ini sang ilustrator mensugesti para perserta agar mengikuti apa yang di perintahkan dan agar merasa yakin dengan apa yang akan mereka lakukan. Pada awalnya para peserta diminta mencari uang yang ada di salah satu cup dari kurang lebih 100 cup, dengan kesempatan membuka 10 kali.
Tetapi tak seorangpun dari peserta itu mendapatkannya, kemudian pada percobaan kedua seluruh peserta di sugesti dan di beri rasa percaya diri dan yakin bahwa mereka bisa menemukan uang itu dalam sekali buka. Akhirnya percobaan dilakukan dan benar, seluruh peserta dapat menemukan uangnya dalam sekali buka. Dalam tayangan ini kita sebagai penonton menjadi tahu bahwa melakukan sesuatu itu harus dengan keyakinan dan kepercayaan diri.
2. 63 Mind Blowing 3D street Art Illusion Compilation
Tayangan ini menjelaskan bagaiman seseorang akan melihat hal yang luar biasa dari sudut padang tertentu. Disini ada sebuah gambaran dijalan yang hampir seperti nyata apabila kita melihatnya dari sudut yang di tentukan. Begitu pula dengan kita, dalam tayangan ini kita sebagai penonton diajarkan bagaiman melihat suatu hal dari sudut padang yang berbeda itu bisa memaknai suatu hal itu positif atau negatif, baik atau buruk dan lainnya.
Komentar :
16730036.Synta Mutiara Sari
Dari kedua tayangan tersebut diatas, kita bisa memahami bagaimana suatu hal dapat dilihat dan didapatkan sesuai dari apa yang kita persepsikan dan kita pandang dari sudut tertentu. Jika kita melihat suatu dengan sudut padang yang buruk juga pikiran yang buruk maka hasilnya juga buruk. Seperti pada tayangan yang pertama diawal mereka memiliki 10 kesempatan tetapi dalam pikiran mereka tidak ada pikiran positif dan percaya diri bahwa mereka mampu, maka sampai kesempatan terakhir mereka pun tidak mendapatkan apa-apa.
Dan ditayangan yang kedua kita juga akan mendapatkan sebuah view yang seperti nyata apabila kita melihat dari sudut padang tertentu. Jika kita salah melihat maka kita akan menilai bahwa itu hanya sebuah gambaran biasa, tapi jika kita melihat gambaran itu dari sudut yang bagus maka viewnya akan bagus seperti real.
Analisa
Apabila di sangkutkan dengan materi pesepsi yang di kemukakan Dedy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Tayangan yang pertama menghasilkan 2 persepsi yaitu Persepsi Terhadap Lingkungan Fisik dan kepercayaan, nilai dan sikap. Karena disini kita para penonton dan peserta dalam acara tersebut, menafsirkan suatu hal dari apa yang biasa mereka alami dan rasakan. Sehingga menghasilkan suatu hal yang sesuai dengan yang mereka kehendaki. Kita percaya pada si ilustrator atau si pemadu bahwa kita dapat menemukan uang yang ada dalam 100 cup tersebut. Dan juga persepsi evaluatif, yaitu setelah mendapat sugesti mereka menjadi merasa apa yang mereka persepsikan adalah nyata.
Dan tayangan yang kedua persepsi terhadap lingkungan fisik. Kita merasa gambar tersebut seperti nyata padahal kenyataannya gambaran tersebut hanya sebuah lukisan dijalan yang lurus dan datar. Tetepi karena kita melihat dari sudut tertentu kita dapat melihat ada tebing es atau lubang es karena kita melihatnya sekilas saja. Dan juga termasuk Persepsi Dugaan, yaitu kita melihat hal dari dugaan kita. Semua ini juga tergantung dari sudut pandang kita.
I. TUGAS 9
RESUME
KOMUNIKASI VERBAL
Komunikasi adalah suatu cara bagi kita mengenal dan beradaptasi, juga memahami seseorang. Suatu Komunikasi itu bisa berupa simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih secara lisan, dan sistem kode verbal disebut (bahasa). Bahasa verbal sendiri adalah sarana untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud, melalui berbagai aspek realitas individu masing-masing. Seperti contohnya saat seseorang tidak dapat mengucapkan salah satu abjad dengan benar maka terkadang akan ada salah maksud atau misskomunikasi.
Dalam komunikasi ini apabila kita menyertakan budaya sebagai variable dalam abstraksi ini, maka problemnya akan semakin rumit. Karena setiap budaya memiliki bahasa sendiri-sendiri yang terkandang sulit kita pahami. Sebagai contohnya saat orang jawa dengan orang sunda berbincang menggunakan bahasa mereka masing-masing bisa saja menimbulkan suatu permasalahan yang lucu, dikarena bahasa daerah tersebut. Berbeda lagi jika orang jawa dengan orang jawa, maka dalam bercerita dan berbagi pengalaman akan lebih mudah. Maka di Indonesia khususnya dipakai bahasa Indonesia untuk mempersatukan suku-sukunya.
ASAL USUL BAHASA
Sampai saat ini belum ada teori yang diterima luas mengenai bagaimana bahasa itu muncul di permukaan bumi. Para teoritikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku sosial. Bahasa juga bergantung pada perkembangakan kemampuan untuk menempatkan lidah saat berucap di berbagai lokasi untuk membuat suara kontras dan pas sesuai dengan situasinya. Kemampuan tersebut juga berhubungan dengan kemampuan mengartikulasikan isyarat nonverbal.
Hewan yang mirip manusia itu akhirnta punah pada kira-kira 35.000 tahun secara misterius. Sementara itu, “manusia modern” (Homo Sapiens), nenek moyang kita juga muncul secara misterius antara 90.000 dan 40.000 tahun lalu di Eropa. Dulu, Cro Magnon yaitu nenek moyang kita belum mampu menggunakan bahasa verbal, mereka berkomunikasi menggunakan simbol yang digambar di berbagai bidang, seperti tulang hewan, cadus dan dinding goa yang saat ini banyak ditemukan di Spanyol, dana Prancis Selatan. Hingga akhirnya pada 40.000 dan 35.000 tahun lalu mereka menggunakan bahasa lisan.
Lalu sekitar 5.000 tahun lalu, manusia akhirnya melakukan transisi komunikasi dengan memasuki era tulisan, sementara bahasa lisan pun terus berkembang. Penyebaran sistem tulisan akhirnya sampau juga ke Yunani. Bangsa inilah yang kemudian menyempurnakan dan menyederhanakan sistem tulisan. Dan menjelang 500 SM, mereka telah menggunakan alfabeth berterus ke Roma dan disempurnakan lagi, dan terus berkembang hingga kita sudah memasuki era cetak, era radioa, era televisi, era komputer hingga sekarnag era gadjet yang akan terus di sempurnakan oleh para penerus.
FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai (labeling) atau menjuluki seseorang, objek, dan peristwa. Penamaan adalah dimensi pertama yang awalnya dilakukan sesuka hati mereka, kemudia berkembang sesuai nama sejak lahir. Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi, penamaan (naming atau labeling) yang merujuk pada mengidentifikasi orang, obejek dan tindakan, kemudian interaksi yang lebih menekankan pada gagasan atau emosi yang mengundang simpati atau pengertian, dan terakhir transmisi informasi yang disampaikan manusia dan dapat menghubungkan masa kini dan masalalu juga masa depan. Ungkapan S.I. Hayakawan, “Kata itu bukan objek”, maka dari itu saat seseorang menggunakana kata yang berbeda bisa saja menimbulkan suatu masalah.
Bahasa itu sangat penting bagi manusia, dan memang harus dilatih dari kecil. Seperti pada tahun 1920-an seekor serigala “mengadopsi” dua anak manusia. Dan juga pada tahun 1940-an kasus Isabella berusia 6 tahun lahir dari seorang yang bisu dan tuli, dia juga dikurung di ruang gelap dan dipisahkan dari saudara-saudaranya. Ketika ditemukan dia hanya bisa berkoak-koak dengan suara parau, tapi setelah di rawat selama 2 tahun oleh dokter dan psikolog klinis akhirnya Isabella bisa berbicara normal. Itulah kenapa bahasa dan kehidupan sosial itu penting.
KETERBATASAN BAHASA
Komunikasi verbal sebenarnya hanya 35% dari keseluruhan komunikasi kita, dan ternyata bahasa itu terbatas.
Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori untuk merujuk pada objek tertentu. Suatu kata hanya mewakili realitas, bukan realitas itu sendiri yang dapat disimpulkan bahwa kata-kata bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Kata-kata sifat dalam bahasa juga cenderung dikotomis, misalnya baik buruk, kaya miskin. Dalam hal ini sulit menempatkan kata yang pas, yang sesuai dengan yang dilihat dan dirasakan. Contohnya saat kita melihat gantungan kunci yang sulit dijelaskan dengan kata-kata, tetapi bisa dengan gambar. Saat kita mencintai seseorang tapi tidak tahu cara menyampaikannya, kita hanya memberikan dia bunga.
Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual
Kata-kata bisa bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Hal yang memiliki banyak artian, seperti kira-kira, anu, tertentu dll. Contohnya saat kita membicarakan baju, dan modelnya kita kuranhg paham, terkadang kita mengatakan “anu... seperti rok panjang gitu lho”. Kebanyakan kata Anu itu sangat ambigu. Dan kata yang kontekstual sebenarnya mengisyarakatkan bahwa aturan-aturan baku dalam berbahasa tidaklah mutlak. Karena kata-kata bersifat kontekstual , terkadang sulit mencari padanan suatu kata dalam bahasa lain. Contohnya kata amis dalam bahasa Sunda berarti manis dalam lidah, bukan pandangan mata. Dan bahasa Jawa berarti bau yang seperti ikan asin (penciuman).
Kata-kata mengandung bias budaya
Bahasa terikat oleh kenteks budaya, bahsa dapat dipandang sebagai perluasan budaya. Menurut Hipotesis Sapir-Whorf ‘Teori Relativitas Linguistik’, sebenarnya setiap bahasa menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas, yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin dan kebutuhan pemakainya.
Percampuradukan fakta, penafsiran dan penilaian
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta(uraian), penafsiran(dugaan) dan penilaian. Kadang kita menilaia fakta dengan penafsiran yang salah, tetapi sebenarnya tidak seperti itu.
KERUMITAN MAKNA KATA
“Apa arti kata itu?”, kadang kita menganggap kata sebenarnya mengandung makna atau arti tertentu, padahal sebenarnya kitalah yang memberi arti dan makna itu. Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia. Makna tidaklah melekat pada kata-kata melainkan kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Seperti kita mengucapkan “saya suka kamu” yang berarti laki-laki yang mengatakan itu memiliki rasa suka kepada si perempuan atau laki-laki yang ada didepannya. Padahal dari si pengucap adalah bahwa dia menyukai sikap dan pikirannya. Itulah kerumitan makna kata, karena orang itu yang memberi makna bukan kata yang memiliki makna.
Bahasa Daerah vs Bahasa Daerah
Banyaknya kelompok budaya yang berbeda-beda maka banyak pula kata yang mirip tetapi memiliki arti dan makna berbeda di setiap daerahnya. Seperi contohnya orang jawa dan orang Bangkiang Riau, kata Ayu dalam bahasa jawa berarti ‘cantik’ dalam bahasa Riau ejaannya Ayiu berarti ‘Air’. Kata sama tetapi memiliki makna berbeda di setiap daerahnya, dan mungkin saja sama maknanya pula.
Bahasa Daerah vs Bahasa Indonesia
Beberapa kata dari bahasa daerah juga digunkan dalam bahasa Indonesia (atau bahasa Indonesia dalam dialek Betawi) atau sebaliknya akan sangat jauh berbeda, contohnya dalam Bahasa Indonesia “sok kamu, pulang duluan” yang berarti Sombong tapi dalam bahasa Sunda berarti Silahkan, dan kalimat itu bisa menimbulkan arti yang bertolak belakang bagi orang Sunda dan orang non-Sunda. Contoh lain “ojo dipidak, ndak mati tenan” dalam bahasa Jawa berarti pati atau mati, dalam bahasa Indonesia juga berart Mati.
Bahasa Indonesia vs Bahasa Malaysia
Suatu bangsa atau suku selalu menganggap bahasa merekalah yang benar dan terbaik, dan menganggap bahasa yang digunakan bangsa lain tidak alamiah, dan berfikir kenapa mereka tidak menggunakan bahasa yang benar dan semestinya. Contohnya orang malaysia mengatakan “Sepasang kelamin tinggal dirumah itu” yang artinya sepasang suami istri tinggal dirumah itu, dalam pikiran kita bangsa Indonesia yang menggunakan bahasa yang baku merasa janggal dan aneh. Tapi itulah keragaman bahasa.
Bahasa Daerah atau Indonesia vs Bahasa Asing
Terkadang ada beberapa kata yang sama antara bahasa daerah, bahasa Indonesia dan bahasa Asing, contohnya bahasa Jepang dengan bahasa Jawa Tai, bahasanya sama tetapi artinya berbeda dalam bahasa Jepang berarti kesatuan sedangkan dalam bahasa jawa berarti kotoran.
NAMA SEBAGAI SIMBOL
Seperti yang kita ketahuai dari awal bahwa penamaan adalah dimensi pertama dalam komunikasi verbal. Kita ketahuai kadang nama sendiri adalah suatu simbol pertama dan utama bagi seseorang. Simbol yang bisa dipahami orang lain, dan dapat melambangkan status, cita-rasa budaya, keturunan dan juga sebagai hoki. Nama pribadi adalah unsur terpenting identitas seseorang dalam masyarakat. Contoh teman saya memiliki nama depan Raden, nama tersebut sebagai tanda bahwa dia adalah kerabat atau keturanan Kraton Yogyakarta dan namanya memiliki sertifikat tersendiri dari karton.
Nama hewan juga bisa menjadi sebuah simbol juga, seperti contohnya nama Caty itu sebagai nama seekor kucing karena Cat berarti kucing, ada juga Dogy yang digunakan sebagai nama anjing. Itulah beberapa Nama adalah sebagai simbol si pemilik nama.
BAHASA GAUL
Orang-orang yang punya latar belakang sosial budaya berbeda maka cara mereka berbicara juga akan berbeda, intonasinya, dialek, kecepatan volume dan pastinya kosakata. Dan ada kata dan istilah yang memiliki makna juga arti masing-masing dan kekerasan pengucapannya juga berbeda. Contohnya teman saya dari Riau, kebanyakan orang Riau berbicara dengan cepat berbeda dengan kita yang orang jawa yang sering kali berbicara dengan pelan dan mantap.
Tetapi mereka berbicara sangat cepat dan sedikit belepotan. Dan juga ada kata yang memiliki arti khusus, unik, istimewa juga menyimpang. Seperti bahasa gaul anak zaman sekarang, suek, monster yang artinya raksasa, wtf yang merupakan singkatan dan mereka gunakan untuk mengumpat saat kesal. Kata-kata aneh dan janggal itu dianggap bahasa gaul.
Bahasa gay dan bahasa waria, bahasa kaum ini memang sedikit aneh dan yang menggunkana para bencong. Seperti ekong (aku), duta (uang) eke (aku) dll. Ada juga bahasa Waria, contohnya ike (aku), Diana (dia), HIV(hasrat ingin pipis) padahal kita tahu arti sebenarnya.
BAHASA WANITA VS BAHASA PRIA
Kita tahu bahwa Wanita dan Pria memiliki kosakata bahasa yang berbeda. Semua itu dikarenakan sosialisasi mereka yang berbeda, dan juga minat mereka yang berbeda sehingga kosakata mereka pun bebeda. Wanita lebih suka kata yang feminim, lebih banyak memiliki varian warna, juga lebih suka kata-kata sifat yang hambar. Wanita juga lebih suka bertanya dari pada pria, pria lebih suka bahasa yang ringan dan tidak berbelit belit. Tannen (1990) berpendapat bahwa wanita cenderung terlibat dalam “pembicaraan hubungan” sedangkan pria lebih cenderung dalam “pembicaraan laporan”.
RAGAM BAHASA INGGRIS
Bahasa inggris yang lebih universal pun ternyata tidak konsisten dalam ejaannya, pengucapannya, pilihan kata dan juga maknanya. Perkembangan bahasa Inggris menjadi beberapa ragam, Inggris-Inggris(British English), Inggris-Amerika, Inggris-Australia, Inggris-Filipina, Inggris-Singapura. Ragam bahasa Inggris ini, agar mudah dipahami dan kadang banyak bahasa Inggris yanng terlihat norak jika digunakan di Daerah tertentu dan menimbulkan bentrok dengan bahasa mereka. Juga kesulitan dalam pengucapannya.
PENGALIHAN BAHASA
Komunikasi dalam bahasa kadang menimbulkan selisih, maka kita perlu melakukan komunikasi yang efektif. Untuk melakukannya kita harus menguasai bahasa mitra komunikasi kita. Maka dalam hal ini kita perlu menguasa bahasa Inggris, agar perselisihan antar negara tidak terjadi. Tahun 1996 terjadi tabrakan di udara dikarena bahasa yang tidak bisa dipahami, dan kesalahan karena kurangnya komunikasi yang menimbulkan bencana juga pertikaian.
Berdasarkan asumsi bahwa bahasa adalah cermin suatu alam pikiran, dapat dimengerti bila istilah-istilah yang berkaitan dengan teknologi canggih dari negara asing seperti komputer yang terkesan ganjil. Maka itulah dipergunakan pengalihan bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Maka dari itu kita perlu menguasai bahasa Inggris agar dapat berkomunikasi dimanapun dengan mudah dan tanpa ragu-ragu.
KOMUNIKASI KONTEKS-TINGGI VS KOMUNIKASI KONTEKS-RENDAH
Budaya konteks rendah ditandai dengan komunikasi konteks-rendah: pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung , lugas, terus terang. Contoh : komunikasi (program) komputer. Budaya konteks tinggi ditandai dengan komunikasi konteks-rendah: pesan bersifat implisit, tidak langsung dan tidak terus terang. Pesan yang sebenarnya mungkin tersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara. Pernyataan verbal bisa berbeda dengan pernyataan non verbalnya. Contoh : suku sunda-jawa yang berbicara berputar-putar tidak langsung pada inti masalahnya.
Orang Indonesia cenderung berbicara tidak langsung atau menggunakan komunikasi konteks tinggi demi untuk menjaga harmoni.Tetapi kecenderungan orang Indonesia yang berkata tidak langsung untuk menjaga Harmoni juga terjadi dikalangan elit politik. Kita sebisa mungkin menghindari konflik, kalaupun konflik terbuka dan terjadi, penyelesaiannya bisa dibantu pihak ketiga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar